Kuliah konseling pastoral di prodi Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma diberikan di semester VII. Kuliah ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mahasiswa supaya dapat memberikan pelayanan pastoral pada seseorang (konseli) yang mengalami penderitaan, dengan menggunakan prinsip-prinsip kristiani. Pada umumnya ada empat jenis penderitaan yang dialami manusia yaitu: penderitaan fisik, psikologis, ekonomis dan sosiologis. Penderitaan fisik misalnya mengalami kesakitan jasmaniah. Penderitaan psikologis contohnya perasaan ditinggalkan, ditelantarkan sendirian dalam kemalangan, frustrasi, cemas, takut, tidak aman atau merasa bersalah. Penderitaan ekonomis berkaitan dengan mengalami “kekurangan” dalam sandang-pangan dan papan. Penderitaan sosiologis misalnya mengalami kemerosotan martabat dan ketidakberdayaan untuk mengubah atau memperbaiki nasib. Pengalaman-pengalaman penderitaan tersebut dapat menyebabkan seseorang merasa tidak damai, tidak utuh atau mengalami keterpecahan batin.
Menurut Alastair V.Campbell (1987:198-199), konseling pastoral dapat menjadi pelayanan efektif bagi konseli yang untuk dapat mengatasi penderitaan-penderitaan tersebut. Hal ini dapat berlangsung apabila petugas konseling pastoral menjalankan fungsi-fungsi berikut:
1. Fungsi penyembuhan, menolong konseli yang memiliki persoalan psikologis dan spiritual cukup berat.
2. Fungsi peneguhan, memberikan dukungan supaya konseli tidak kehilangan pengharapan.
3. Fungsi bimbingan, memberikan bimbingan moral dan pengarahan spiritual agar konseli dapat mengatasi permasalahan hidupnya.
4. Fungsi rekonsiliasi, membantu konseli dalam menyelesaikan masalah personal maupun interpersonal dengan sesama maupun anggota keluarga.
Supaya petugas konseling pastoral dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut, ia perlu memiliki pemahaman teologis dan psikologis yang menjadi kekhasan pelayanan konseling pastoral. Mengapa pemahaman teologis dan psikologis penting bagi pelayanan konseling pastoral? Sebab menurut Yakub B.Susabda (1981:49-74) konseling pastoral merupakan pelayanan yang mutlak tergantung pada Roh Kudus sekaligus didasarkan pada ilmu-ilmu lain khususnya psikologi.
Konseling pastoral merupakan pelayanan yang mutlak tergantung Roh Kudus sebab Roh Kudus sungguh diyakini sebagai sumber new hope atau sumber tumbuhnya sukacita, semangat dan keberanian yang dapat membantu konseli menghadapi realita (penderitaan) hidupnya. Konselor diharapkan dapat menjadi mitra kerja Allah untuk membantu konseli memahami situasi dirinya sekaligus mendorongnya untuk mau menyusun strategi demi menata hidupnya kembali dengan mengandalkan kekuatan Roh Kudus/Roh penolong (bdk. Yoh 14:23 : “Penghibur yaitu Roh Kudus yang akan diutus oleh Bapa… Dialah yang akan mengajar segala sesuatu kepadamu”). Konselor dan konseli perlu meyakini bahwa Allah sendiri akan hadir (di tengah-tengah mereka) sebagai the wonderful counselor (Yes 9), melalui Roh Kudus atau Roh Penghibur (Yoh 16:7). Allah menjadi orang ketiga dalam hubungan ini yang memungkinkan terjadinya trialog bukannya dialog. Proses trialog menghantarkan konseli mengalami dinamika berikut:
1. Menyadari penderitaan yang tengah dialaminya (awareness),
2. Mengerti akar penderitaannya (understanding)
3. Mengingat bahwa Allah senantiasa membantunya dengan mengalirkan kekuatan Roh Kudus atau Roh Penolong (bdk. Yoh 14:26; 16:13) sehingga ia tetap memiliki daya untuk menata hidupnya kembali (transformation). Dengan demikian ia tetap dapat berupaya menjadi pribadi utuh (integration) atau mengalami kepenuhan/ kebahagiaan hidup (wholeness) (Joyce Meyer,2003:48-49).
Sedangkan sumbangan psikologi bagi konseling pastoral (Yakub Susabda 1981:73-177) adalah psikologi memberikan tehnik-tehnik pendekatan konseling yang dapat dipakai untuk mengembangkan tehnik pendekatan konseling pastoral. Psikologi juga memberikan informasi dan pengetahuan tentang gejala kejiwaan yang dapat diakibatkan apabila konseli membiarkan dirinya terpuruk dalam “lingkaran penderitaan”, sekaligus memotivasi konseli untuk bersedia “meloncat keluar” dari “lingkaran penderitaan” supaya menjadi pribadi yang sehat/utuh/wholeness.